Senin, 28 Desember 2009

Etika Bisnis dan Pendidikan

Etika Bisnis dan Pendidikan

Dalam sistem perekonomian pasar bebas, perusahaan diarahkan untuk mencapai tujuan mendapatkan keuntungan
semaksimal mungkin, sejalan dengan prinsip efisiensi. Namun, dalam mencapai tujuan tersebut pelaku bisnis kerap
menghalalkan berbagai cara tanpa peduli apakah tindakannya melanggar etika dalam berbisnis atau tidak.

Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata sehingga terjadi
penyimpangan norma-norma etis, meski perusahaan-perusahaan tersebut memiliki code of conduct dalam berbisnis
yang harus dipatuhi seluruh organ di dalam organisasi. Penerapan kaidah good corporate governace di perusahaan
swasta, BUMN, dan instansi pemerintah juga masih lemah. Banyak perusahaan melakukan pelanggaran, terutama dalam
pelaporan kinerja keuangan perusahaan.

Prinsip keterbukaan informasi tentang kinerja keuangan bagi perusahaan terdaftar di BEJ, misalnya seringkali dilanggar
dan jelas merugikan para pemangku kepentingan (stakeholders),terutama pemegang saham dan masyarakat luas
lainnya.Berbagai kasus insider trading dan banyaknya perusahaan publik yang di-suspend perdagangan sahamnya oleh
otoritas bursa menunjukkan contoh praktik buruk dalam berbisnis. Belum lagi masalah kerusakan lingkungan yang terjadi
akibat eksploitasi sumber daya alam dengan alasan mengejar keuntungan setinggi-tingginya tanpa memperhitungkan
daya dukung ekosistem lingkungan.

Bisa dibayangkan, dampak nyata akibat ketidakpedulian pelaku bisnis terhadap etika berbisnis adalah budaya korupsi
yang semakin serius dan merusak tatanan sosial budaya masyarakat. Jika ini berlanjut, bagaimana mungkin investor
asing tertarik menanamkan modalnya di negeri kita? Situasi ini menimbulkan pertanyaan tentang mengapa kesemua ini
terjadi? Apakah para pengusaha tersebut tidak mendapatkan pembelajaran etika bisnis di bangku kuliah? Apa yang salah
dengan pendidikan kita, karena seharusnya lembaga pendidikan berfungsi sebagai morale force dalam menegakkan nilai-
nilai kebenaran dalam berbisnis?

Bagaimana sebenarnya etika bisnis diajarkan di sekolah—kalaupun ada—dan di perguruan tinggi? Etika bisnis
merupakan mata kuliah yang diajarkan di lingkungan pendidikan tinggi yang menawarkan program pendidikan bisnis dan
manajemen. Beberapa kendala sering dihadapi dalam menumbuhkembangkan etika bisnis di dunia pendidikan.
Pertama, kekeliruan persepsi masyarakat bahwa etika bisnis hanya perlu diajarkan kepada mahasiswa program
manajemen dan bisnis karena pendidikan model ini mencetak lulusan sebagai mencetak pengusaha. Persepsi demikian
tentu tidak tepat. Lulusan dari jurusan/program studi nonbisnis yang mungkin diarahkan untuk menjadi pegawai tentu
harus memahami etika bisnis. Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha,
termasuk dalam berinteraksi dengan stakeholders, termasuk tentunya karyawan.

Etika bisnis sebaik apa pun yang dicanangkan perusahaan dan dituangkan dalam pedoman perilaku, tidak akan berjalan
tanpa kepatuhan karyawan dalam menaati norma-norma kepatutan dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Kedua,
pada program pendidikan manajemen dan bisnis, etika bisnis diajarkan sebagai mata kuliah tersendiri dan tidak
terintegrasi dengan pembelajaran pada mata kuliah lain. Perlu diingat bahwa mahasiswa sebagai subjek didik harus
mendapatkan pembelajaran secara komprehensif. Integrasi antara aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif dalam proses
pembelajaran harus diutamakan. Sehingga masuk akal apabila etika bisnis—aspek afektif/ sikap dalam hal ini—
disisipkan di berbagai mata kuliah yang ditawarkan. Ketiga, metode pengajaran dan pembelajaran pada mata kuliah ini
cenderung monoton.Pengajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah langsung.

Kalaupun disertai penggunaan studi kasus, sayangnya tanpa disertai kejelasan pemecahan masalah dari kasus-kasus
yang dibahas. Hal ini disebabkan substansi materi etika bisnis lebih sering menyangkut kaidah dan norma yang
cenderung abstrak dengan standar acuan tergantung persepsi individu dan institusi dalam menilai etis atau tidaknya
suatu tindakan bisnis. Misalnya, etiskah mengiklankan sesuatu obat dengan menyembunyikan informasi tentang indikasi
pemakaian? Atau membahas moral hazard pada kasus kebangkrutan perusahaan sekelas Enron di Amerika Serikat.
Keempat, etika bisnis tidak terdapat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

Nilainilai moral dan etika dalam berperilaku bisnis akan lebih efektif diajarkan pada saat usia emas (golden age) anak,
yaitu usia 4–6 tahun. Karena itu, pengajarannya harus bersifat tematik. Pada mata pelajaran agama, misalnya, guru bisa
mengajarkan etika bisnis dengan memberi contoh bagaimana Nabi Muhammad SAW berdagang dengan tidak
mengambil keuntungan setinggi langit. Kelima, orangtua beranggapan bahwa sesuatu yang tidak mungkin mengajarkan
anak di rumah tentang etika bisnis karena mereka bukan pengusaha. Pandangan sempit ini dilandasi pemahaman
bahwa etika bisnis adalah urusan pengusaha.

Padahal, sebenarnya penegakan etika bisnis juga menjadi tanggung jawab kita sebagai konsumen. Orangtua dapat
mengajarkan etika bisnis di lingkungan keluarga dengan jalan memberi keteladanan pada anak dalam menghargai hak
atas kekayaan intelektual (HaKI), misalnya dengan tidak membelikan mereka VCD, game software, dan produk bajakan
lain dengan alasan yang penting murah. Keenam, pendidik belum berperan sebagai model panutan dalam pengajaran
etika bisnis. Misalnya masih sering kita mendapati fenomena orangtua siswa memberi hadiah kepada gurunya pada saat
kenaikan kelas dengan alasan sebagai rasa terima kasih dan ikhlas.

Pendidik menerima hadiah tersebut dengan senang hati dan dengan sengaja menunjukkan hadiah pemberian orangtua
siswa tersebut kepada teman sejawatnya dengan memuji-muji nilai atau besaran hadiah tersebut. Tidakkah kita sadari,
kondisi seperti ini akan memberikan kesan mendalam pada anak kita? Mengurangi praktik pelanggaran etika dalam
berbisnis merupakan tanggung jawab kita semua. Sebagai pengusaha, tujuan memaksimalkan profit harus diimbangi
peningkatan peran dan tanggung jawab terhadap masyarakat. Perusahaan turut melakukan pemberdayaan kualitas hidup
masyarakat melalui program corporate social responsibility (CSR).

Pada saat kita berperan sebagai konsumen, seyogianya memahami betul hak dan kewajiban dalam menghargai karya
orang lain. Orangtua harus menjadi model panutan dengan memberikan contoh baik tentang perilaku berbisnis kepada
anak sehingga kelak mereka akan menjadi pekerja atau pengusaha yang mengerti betul arti penting etika bisnis.
Pemerintah sebagai regulator pasar turut berperan mengawasi praktik negatif para pelaku ekonomi. Sudah saatnya
pemerintah mempertimbangkan etika bisnis termuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Peran aktif para
pelaku ekonomi ini pada akhirnya akan menjadikan dunia bisnis di Tanah Air surga bagi investor asing.

http://www.duniaesai.com/manajemen/man10.html

STUDI KASUS ETIKA PERUSAHAAN DAN PEMBAHASAN

STUDI KASUS ETIKA PERUSAHAAN DAN PEMBAHASAN

Kasus manipulasi laporan keuangan


Manipulasi laporan keuangan PT KAI

Dalam kasus tersebut, terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor dan stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode etik profesi akuntansi.


Skandal Enron, Worldcom dan perusahaan-perusahaan besar di AS

Worldcom terlibat rekayasa laporan keuangan milyaran dollar AS. Dalam pembukuannya Worldcom mengumumkan laba sebesar USD 3,8 milyar antara Januari 2001 dan Maret 2002. Hal itu bisa terjadi karena rekayasa akuntansi.


Penipuan ini telah menenggelamkan kepercayaan investor terhadap korporasi AS dan menyebabkan harga saham dunia menurun serentak di akhir Juni 2002. Dalam perkembangannya, Scott Sullifan (CFO) dituduh telah melakukan tindakan kriminal di bidang keuangan dengan kemungkinan hukuman 10 tahun penjara. Pada saat itu, para investor memilih untuk menghentikan atau mengurangi aktivitasnya di bursa saham.


Kasus Product Recall

Kasus Tylenol Johnson & Johnson

Kasus penarikan Tylenol oleh Johnson & Johnson dapat dilihat sebagai bagian dari etika perusahaan yang menjunjung tinggi keselamatan konsumen di atas segalanga, termasuk keuntungan perusahaan. Johnson & Johnson segera mengambil tindakan intuk mengatasi masalahnya. Dengan bertindak cepat dan melindungi kepentingan konsumennya, berarti perusahaan telah menjaga trust- nya.


Kasus obat anti nyamuk Hit

Pada kasus Hit, meskipun perusahaan telah meminta maaf dan berjanji untuk menarik produknya, ada kesan permintaan maaf itu klise. Penarikan produk yang kandungannya bisa menyebabkan kanker tersebut terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu masih beredar di pasaran.


Kasus Baterai laptop Dell

Dell akhirnya memutuskan untuk menarik dan mengganti baterai laptop yang bermasalah dengan biaya USD 4,1 juta. Adanya video clip yang menggambarkan bagaimana sebuah note book Dell meledak yang telah beredar di internet membuat perusahaan harus bergerak cepat mengatasi masalah tersebut.


Dari ketiga kasus di atas, Hit merupakan contoh yang kurang baik dalam menangani masalahnya. Paradigma yang benar yaitu seharusnya perusahaan memperhatikan adanya hubungan sinergi antara etika dan laba. Di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan sebuah competitive advantage yang harus dipertahankan. Dalam jangka panjang, apabila perusahaan meletakkan keselamatan konsumen di atas kepentingan perusahaan maka akan berbuah keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.


Dugaan penggelapan pajak

IM3 diduga melakukan penggelapan pajak

dengan cara memanipulasi Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun buku Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu, IM3 melakukan restitusi sebesar Rp 65,7 miliar.

750 penanam modal asing (PMA) terindikasi tidak membayar pajak dengan cara melaporkan rugi selama lima tahun terakhir secara berturut-turut. Dalam kasus ini terungkap bahwa pihak manajemen berkonspirasi dengan para pejabat tinggi negara dan otoritas terkait dalam melakukan penipuan akuntansi.


Manajemen juga melakukan konspirasi dengan auditor dari kantor akuntan publik dalam melakukan manipulasi laba yang menguntungkan dirinya dan korporasi, sehingga merugikan banyak pihak dan pemerintah. Kemungkinan telah terjadi mekanisme penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut.


Pihak pemerintah dan DPR perlu segera membentuk tim auditor independen yang kompeten dan kredibel untuk melakukan audit investigatif atau audit forensik untuk membedah laporan keuangan dari 750 PMA yang tidak membayar pajak. Korporasi multinasional yang secara sengaja terbukti tidak memenuhi kewajiban ekonomi, hukum, dan sosialnya bisa dicabut izin operasinya dan dilarang beroperasi di negara berkembang.


4. Etika terhadap komunitas masyarakat
Tindakan Kejahatan Korporasi PT. Lapindo Brantas (Terhadap Masyarakat dan Lingkungan Hidup di Sidoarjo, Jawa Timur)

Telah satu bulan lebih sejak terjadinya kebocoran gas di areal eksplorasi gas PT. Lapindo Brantas (Lapindo) di Desa Ronokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Kebocoran gas tersebut berupa semburan asap putih dari rekahan tanah, membumbung tinggi sekitar 10 meter.


Semburan gas tersebut disertai keluarnya cairan lumpur dan meluber ke lahan warga. tak kurang 10 pabrik harus tutup, 90 hektar sawah dan pemukiman penduduk tak bisa digunakan dan ditempati lagi, demikian juga dengan tambak-tambak bandeng, belum lagi jalan tol Surabaya-Gempol yang harus ditutup karena semua tergenang lumpur panas.


Perusahaan terkesan lebih mengutamakan penyelamatan asset-asetnya daripada mengatasi soal lingkungan dan social yang ditimbulkan. Namun Lapindo Brantas akhirnya sepakat untuk membayarkan tuntutan ganti rugi kepada warga korban banjir Lumpur Porong, Sidoarjo. Lapindo akan membayar Rp2,5 juta per meter persegi untuk tanah pekarangan beserta bangunan rumah, dan Rp120.000 per meter persegi untuk sawah yang terendam lumpur.


5.

Etika terhadap buruh dan pekerja

BenQ, Kasus Pailit Dalam Ekonomi Global

Merjer bisnis telepon genggam perusahaan BenQ dan Siemens menjadi BenQ-Mobile awalnya bagai angin harapan, terutama bagi para pekerja pabrik di Jerman. Namun karena penjualan tidak menunjang dan banyak produk yang dipulangkan oleh pembelinya karena bermasalah, akibatnya dua pabrik BenQ, di Meksiko dan Taiwan, terpaksa ditutup. Karena itu BenQ melakukan restrukturisasi dan mem-PHK sejumlah pekerja.Hal ini sangat merugikan pihak buruh dan karyawan. Para pekerja merasa hanya dijadikan bahan mainan perusahaan yang tidak serius.



1.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas kita tahu bahwa petilaku etis dan kepercayaan (trust) dapat mempengaruhi operasi perusahaan. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

1.

Berkaca dari beberapa contoh kasus di atas, kita dapat melihat etika dan bisnis sebagai dua hal yang berbeda. Memang, beretika dalam berbisnis tidak akan memberikan keuntungan dengan segera, karena itu para pelaku bisnis harus belajar untuk melihat prospek jangka panjang.
2.

Keunci utama kesuksesan bisnis adalah reputasinya sebagai pengusaha yang memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain.
3.

Kemajuan teknologi informasi khususnya internet telah menambah kompleksitas kegiatan “public relation” dan “crisis management” perusahaan.
4.

Product recall dapat dilihat sebagai bagian dari etika perusahaan yang menjunjung tinggi keselamatan konsumen. Dalam jangka panjang, etika semacam itu justru akan menguntungkan perusahaan.
5.

Perilaku tidak etis khususnya yang berkaitan dengan skandal keuangan berimbas pada menurunnya aktivitas dan kepercayaan investor terhadap bursa saham dunia yang mengakibatkan jatuhnya harga-harga saham.
6.

Sanksi hukuman di Indonesia masih lemah jika dibandingkan dengan sanksi hukuman di AS. Di Amerika, pelaku tindakan criminal di bidang keuangan dikenai sanksi hukuman 10 tahun penjara sedangkan di Indonesia hanya diberi sanksi teguran atau pencabutan izin praktek.

2.

Saran

Para pelaku bisnis dan profesi akuntansi harus mempertimbangkan standar etika demi kebaikan dan keberlangsungan usaha dalam jangka panjang.


http://insidewinme.blogspot.com/2007/12/kasus-etika-bisnis-perusahaan.html

Senin, 23 November 2009

“ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS”.

BAB.I

PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan ekonomi yang begitu cepat membuat masyarakat lebih kritis dalam berfikir untuk mengikuti perkembangan informasi ekonomi. Salah satu informasi ekonomi yang di gunakan adalah informasi keuangan, perusahaan adalah salah satu pihak yang menyediakan informasi keuangan tersebut,yaitu berupa laporan keuangan yang digunakan bagi perusahaan bersangkutan untuk melaporkan keadaan dan kondisi keuangannya kepada pihak pihak yang berkepentingan,terutama bagi pihak investor,kreditur,dan pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Pihak perusahaan dituntut untuk menyajikan informasi laporan keuangan tersebut dengan jelas dan lengkap agar dapat digunakan secara optimal oleh para pemakainya.
Laporan keuangan menyajikan laporan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Posisi keuangan perusahaan ditunjukan dalam laporan neraca. Dalam laporan neraca tersebut kita dapat mengetahui kekayaan atau asset perusahaan yang dimiliki (sisi aktiva),dan di sisi pasiva dapat kita ketahui dari mana dana-dana untuk membiayai aktiva (dari modal sendiri aatau hutang) tersebut kiata peroleh sedangkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dapat kita lihat dalam laporan laba rugi yang diterbitkan oleh perusahaan.
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan memang memberikan informasi posisi dan kondisi keungan perusahaan akan tetapi laporan tersebut perlu kita analisa lebih lanjut dengan alat analisa keuangan yang ada untuk mendapat kan informasi yang lebih berguna dan lebih spesifik dalam menjelaskan posisi dan kondisi keuangan perusahaan. Adapun alat analisis yang dapat kita gunakan adalah rasio likuiditas ,raasio solvabilitas ,rasio rentabilitas . Analisa dengan rasio likuiditas akan memberikan kita informasi seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi.
Kegunaan dari laporan keungan itu sendiri yaitu data akuntansi yang diambil dari laporan laba rugi dan neraca dalam beberapa periode pencatatan kedua elemen tersebut berasal dari elemen laporan keuangan. Dengan adanya data tersebut dapat dianalisa melalui analisa rasio likuiditas,rasio solvabilitas,dan rasio rentabilitas. Masing masing analisa tersebut akan memberikan informasi tentang kinerja keuangan suatu perusahaan.
Karena melihat pentingnya manfaat dari analisa likuiditas,solvabilitas,dan rentabilitas suatu perusahaan bagi pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan serta di tunjang data data dan teori yang selama ini penulis peroleh maka penulis ingin menyajikan penulisan ilmiah ini dengan judul “ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS”.

1.2 RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
1.2.1. Rumusan Masalah
Laporan keuangan sangat penting bagi berbagai pihak yang berhubungan dengan sebuah perusahaan, karena dengan laporan tersebut dapat diketahui bagai mana kondisi keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu Pada penulisan ilmiah ini penulis ingin merumuskan permasalahan yaitu bagaimana kondisi keuangan pada perusahaan dengan menganalisis laporan keuangannya ?.

1.2.2. Batasan Masalah
Agar lebih fokus dalam penulisan ilmiah ini penulis hanya membatasi masalah yang berkaitan dengan laporan keuangan dengan rasio likuiditas, solvabilitas,dan rentabilitas berdasarkan data laporan keuangan PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk. Periode tahun 2004-2008.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Dalam penulisan ilmiah ini penulis bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dilihat dari tingkat likuiditas,solvabilitas,dan rentabilitas berdasarkan data dari laporan keuangan tahun 2004-2008.

1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1.Bagi Penulis
Manfaat yang dapat di ambil bagi penulis dari penulisan ilmiah ini adalah penulis dapat mengetahui kondisi keungan suatu perusahaan yang dilihat dari tingkat likuiditas,solvabilitas,dan rentabilitas.
1.4.2.Bagi Universitas
Penulisan ilmiah ini diharapkan menjadi suatu bahan pustaka,referensi,serta dapat membantu pembaca, khususnya mahasiswa/I yang mempunyai minat untuk meneliti kondisi keuangn suatu perusahaan.
1.4.3.Bagi Perusahaan
Penulisan ilmiah ini diharapkan menjadi pedoman atau sebagai bahan evaluasi bagi manajemen perusahaan agar dapat dijadikan masukan dan dasar dalam pengambilan keputusan.

1.5 METEDOLOGI PENELITIAN
1.5.1.Objek Penelitian
Objek yang di guanakan dalam penulisan ilmiah ini adalah data laporan keuangan PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk. Yang berdomisili di Jalan Jenderal Sudirman kav. 76-78, Jakarta.



1.5.2.Data atau Variabel
Data yang di gunakan dalam penilisan ilmiah ini adalah data historis yang berupa data laporan keuangan dari PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. dari tahun 2007-2008 ( sebanyak lima periode )
1.5.3.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah data primer,yaitu penulis mencari data melalui lembaga lain seperti Bursa Efek Jakarta (BEJ), di tempat tersebut tersedia data laporan keuangan perusahaan.

1.5.4.Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan metode kuantitaif (berupa angka).hanya pada perhitungan sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
b. Cash Rasio
c. Quick Rasio
2. Rasio Solvabilitas
a. Total Debt to Total Equity ratio
b. Total Debt to Total Assets ratio
c. Long Term Debt to Total Equity Rasio
3. Rasio Rentabilitas
a. Net Profit Margin Ratio
b. Return Of Investment
c. Operating Income Ratio
d. Return of Equity



BAB.II

LANDASAN TEORI

2.1.Pengertian Laporan Keuangan
laporan keuangan yang pada mulanya hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, untuk selanjutnya juga di gunakan sebagi dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan, kemudian dengan hasil penilaian tersebut pihak-pihak yang berkepentingan membuat suatu keputusan. Jadi laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui posisi keuangan dari suatu perusahaan tersebut selama kurun waktu tertentu.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan ;2004 :
“laporan keuangan merupakan bagian dari proses laporan keungan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat di sajikan dalam berbagai cara seperti, sebagai laporan arus kas (cash flow) atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
Menurut S. Munawir (2004:2) :
“laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagi alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”.


Ada tiga jenis laporan keuangan pokok yang dihasilkan :
1. Neraca
Merupakan laporan keuangan secara sistematis tentang harta, utang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Secara spesifik neraca di maksudkan untuk membantu pihak eksternal untuk menganalisis likuidasi perusahaan dan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.
2. Laporan Laba / Rugi
Merupakan laporan secara sistematis tentang penghasilan-penghasilan, biaya-biaya, serta laba / rugi bersih suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. Laporan ini dipandang sebagai laporan akuntansi paling penting dalam laporan tahunan.
3. Laporan Arus Kas
Tujuan pokok aliran kas adalah memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembiayaan kas perusahaan salama periode tertentu. Tujuan kedua laporan arus kas adalah untuk memberika informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan dan operasi perusahaan pada periode tertentu.

Berikut ini adalah pengelompokan rasio keuangan menurut (Bambang Riyanto 1997;330):
1. Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Rations)
yang tergolong dalam rasio ini adalah semua datanya diambil atau bersumber pada neraca.
2. Rasio-rasio keuangan laba / rugi (Income Statement Rations)
yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunan semua datanya diambil dari laporan laba / rugi.

3. Rasio-rasio antar laporan (Interstatement Rations)
semua angka yang penyusunan datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba / rugi.

2.2.Pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan
1. Investor
Investor sebagai pihak yang menanamkan modalnya kedalam perusahaan membutuhkan informasi keuangan dan hasil operasi perusahaan untuk mengetahui dan menilai profit sebagai pertimbangan untuk memutuskan bekerja sama dengan memberikan modal kepada perusahaan yang bersangkutan.

2. Karyawan
Karyawan dan kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
1. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertari dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo.
2. Pemasok dan kreditur usaha lainya
Pemasok dan kreditor usaha lainya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo, kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada pemberi pinjaman,
3. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
4. Pemerintah
Pemerintah dari berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dank arena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistic pendapatan nasional dan statistic lainnya.
5. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagi cara misalnya, perusahaan dapat memberikan konstribusi berarti dalam perekonomian nasional,termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestic. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecendrungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.3.Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Sofyan Syarif ,1998 :
“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”.


2.4.Keunggulan Analisa Rasio
Analisa rasio ini mempunyai keunggulan dibanding dengan teknik analisa lainnya.keunggulan tersebut adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan .
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mngetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan yang lainnya secara periodik.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

2.5.Keterbatasan analisa rasio
Disamping keunggulan dari teknik ini,teknik ini juga mempunyai beberapa keterbatasan,yaitu sebagai berikut:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakai.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subyektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bias berdampak pada angka rasio.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik standar akuntansi yang dipakai tidak sama.

2.6.Jenis Rasio
Banyak penulis yang menyodorkan jenis rasio yang menurut penulisannya cocok untuk memahami perusahaan.umumnya rasio yang terkenal dan popular adalah:rasio likuiditas,solvabilitas,rentabilitas.
1.Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.
Di tinjau dari likuiditas, maka keadaan perusahaan dapat dibedakan :
a. Likuid, perusahaan yang mampu memenuhi seluruh kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
b. Ilikuid, perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendeknya.
Disamping itu likuiditas digolongkan atas :
a. Likuiditas badan usaha, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada pihak luar perusahaan ( kreditur ).
b. Likuiditas perusahaan, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya kepada pihak dalam perusahaa.
Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut :

A. Current Ratio
Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Besar current ratio yang ideal belum ada suatu patokan yang apsti, namun standar umumyang digunakan 200% atau 2:1 yang berarti nilai aktiva lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau setiap satu rupiah hutang lancar harus dapat dijamin sedikitnya dengan dua rupiah aktiva lancar.

B. Quick Ratio
Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semaki besar rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid test rasio.
Untuk quick rasio ukuran berdasarkan prinsaip hati-hati adalah 100% atau 1:1 dianggap cukup memuaskan didalam perusahaan apabila kurang maka dianggap kurang baik.

C Cash Ratio
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi dengan kas dan surat berharga dalam perusahaan yang dapat segera di uangkan. Kegunaan dari rasio ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap hutang lancar Rp. 1, 00 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar hasil yang diperoleh dari cash rationya, tidak terdapat standar khusus pada cash ratio sehingga penilaianya tergantung kebijakan perusahaan.


2.Rasio Solvabilitas
Rasio solvabiliats menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang.
Besarnya ukuran umum yang dipakai adalah 200% atau 2:1 yang berarti dua kali dari total hutang perusahaan dikatakan solvable bila rasionya kurang dari 200%.
Di tinjau ari solvabilitas, maka keadaan perusahaan di bedakan menjadi :
a. Solvable, perusahaan mampu memenuhi semua kewajiban keuangan nya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Insolvable, perusahaan tidak mampu memenuhi semua kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasi.

Yang termasuk raqsio solvabikitas antara lain :
A. Total Debt to Total Equity Ratio
Rasio ini membandingkan total utang dengan modal pemilik ( ekuitas ). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian setiap rupiah dari modal pemilik yang digunakan untuk menjamin utang. Semakin besar rasio ini semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap utang semakin kecil. Rasio ndiatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada modal pemilik.
B. Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini membandingkan jumlah total utang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan. Dari rasio ini, kita dapat mengetahui bebrapa bagian aktiva yang di gunakan untuk menjamin utang. Biasanya, para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah, sebab semakin rendah rasio utang perusahaan yang diberi kredit akan semakin besar tingkat keamanan yang didapat kreditur pada waktu likuidasi


C. Long term Debt to Equity Ratio
Rasio ini membandingkan antara utang jangka panjang dan modal pemilik. Rasio ini menunjukan berapa bagian modal pemilik yang menjadi jaminan utang jangka panjang. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal pemilik untuk menutup utang jangka panjang. Semakin rendah rasio ini akan semakin aman bagi kreditur jangka panjang.
Ditinjau dari segi likuiditas dan solvabilitas, maka suatu perusahaan dapat mengalami keadaan :
a. likuid dan Solvabel
yaitu perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban keuanganya baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Likuid tetapi Insolvabel
Yaitu perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya tetapi tidak dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
c. Likuid dan Solvabel
Yaitu perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya tetapi dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya
d. likuid dan Insolvabel
yaitu perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.



3.Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,kas,modal,jumlah karyawan,jumlah cabang,dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Beberapa jenis rasio rentabilitas adalah sebagai berikut:
A. Net Profit Margin
Net profit margin adalah rasio yang membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dan penjualan bersih untuk menunjukan berapa bagian dari penjualan bersih yang menjadi laba setelah bung dan pajak. Semakin tinggi rasio ini semakin menguntungkan karena laba bersih perusahaan semakin besar.
B. Return On Investment
Return on investment adalah salah satu bentuk dari rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.
C. Operating Income Rastio
Rasio ini membandingkan antara laba sebelum bunga dan pajak (laba operasi) dan penjualan bersih.rasio ini menunjukan berapa bagian penjuaalan neto yang merupakan laba usaha. Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin tinggi keuntungan yang di peroleh suatu perusahaan
D. Return On Equity
Adalah rasio yang membandingkan antara laba bersih (laba setelah bunga dan pajak) dan jumlah modal sendiri. Rasio ini menunjukan kemampuan modal pemilik yang di tanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi keuntungan investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya.dengan demikian , rasio ini sangat mendapat perhatian para investor.
2.6. Kajian Penelitian Sejenis

1. Nama : Elis Komala
NPM : 10202502
Judul : Analisis laporan keuangan pada PT. Pos Indonesia
Kesimpulan :
Dilihat dari rasio likuiditas yang terdiri dari current rasio sebesar 109,39%, quick rasio sebesar 109,33%, dan cash rasio sebesar 89,73% secara keseluruhan adalah cukup baik.solvabilitas perusahaan yang terdiri dari total asset to debt ratio sebesar 141,03% dan net worth to debt ratio 42,81% dikatakan kurang baik.profitbilitas perusahaan baik dengan basic earnin g power sebesar 0,56%,return on assets sebesar 1,66%,return on equity sebesar 5,45%,dan net profit margin sebesar 3,26%.
2. Nama : Christine Theresia C G
NPM :20204205
Judul :Analisis rasio likuiditas,solvabilitas dan rentabilitas pada PT. Kalbe Farma
Kesimpulan :
1. Rasio likuiditas pada perusahaan dapat dikatakan likuid, dikarenakan aktiva lancar ,kas serta quick assets yang dimiliki dapat menjamin utang lancar.
2. Rasio solvabilitas dapat dikatajan solvable , karena dilihat dari kedua indicator rasionya yaitu total debt to total assts ratio dan long term debt to equity rasio , maka perusahaan dapat memenuhi utang jangka pendek maupun utang jangka panjangnya.
3. Rasio rentabilitas , dilihat dari keempat indikatornya daoat dikatakan profitable karena laba yang dihasilkan pada umumnya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.


















BAB.III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1. OBJEK PENELITIAN
Objek yang di gunakan oleh penulis adalah PT. INDOFOOD MAKMUR Tbk. Yang berkedudukan di Jakarta yang berkantor pusat di Sudirman Plaza , Indofood Tower, Lt 27. jalan jenderal Sudurman kav.76-78, jakarta. Perusahaan ini di dirikandengan nama PT. Pangan jaya Intikusuma berdasarkan akta pendirian No. 228 Tanggal 14 Agustus 1990, yang di ubah dengan akta No. 249 tgl 15 November 1990, dan di ubah kembali dengan akta No. 171 Tanggal 20 Januari 1991, kesemuanya di buat di hadapan Beny kristianto S.H, Notaris di Jakarta dan telah mendapat persetujuan dari mentri kehakiman republic Indonesia berdasarkan surat keputusan No. C2-291.HT.01.01 Tahun1991, Tanggal 12 Juli 1991. Serta telah di daftarkan di pengadilan negri Jakarta Selatan di bawah No. 579.580 dan 581 tanggal 5 Februari 1991 dan di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tanggal 11 Februari 1992 tambahan No. 611
Berdasarkan keputusan rapat umum luar biasa para pemegang saham sebagai mana di tuangkan dalam akta risalah rapat No. 51 tanggal 5 Februari 1994. yang di buat oleh Beny Kristianto S.H. mengubah namanya yang semula PT. Pangan jaya Inti kusuma menjadi PT. Indofood Makmur, perubahan tersebut telah di setujui oleh menteri kehakiman Republik Indonesia berdasarkan surat keputusan no. c2-2048. Ht. 01.04.th.1994, tanggal 9 februari 1994 di daftarkan di pengadilan negri Jakarta Selatan di bawah No.360/A. Not/HKM/1994/Pn.Jaksel tanggal 12 februari 1994 dan di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 5791 14 Juni tambahan No.3629.

3.2. DATA YANG DI GUNAKAN
Data yang di gunakan dalam penilisan ilmiah ini adalah data historis yang berupa data laporan keuangan dari tahun 2004-2008, yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi.

3.3. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah data sekunder,yaitu penulis terjun langsung kelapangan dengan mencari data dari objek penulisan ilmiah ini serta buku-buku dan artikel yang mendukung penulisan ilmiah ini.

3.4. ALAT ANALISIS YANG DI GUNAKAN
Alat analisis yang di gunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah :
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan. Rasio yang digunakan :

• Current Rasio
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar
Aktiva lancar
Current Rasio =
Utang lancar




• Quick Rasio
Menunjukan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan.
Aktiva lancar - Persediaan
Quick Rasio =
Hutang Lancar
• Cash Rasio
Rasio ini menunjukan angka perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya dengan hanya memperhitungkan uang tunai dan efek/surat berharga.
Kas + Efek
Cash Rasio =
Hutang Lancar

2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang apa bila perusahaan tersebut di likuidasi. Rasio yang digunakan :

• Total Debt to Total Equity Rasio
Rasio ini membandingkan total hutang dengan total modal pemilik.
Total hutang
Total Debt to Total Equity Rasio =
Modal sendiri



• Total Debt to Total Assets Rasio
Pada rasio ini membandingkan jumlah total hutang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan.
Total hutang
Total Debt to Total Assets Rasio =
Total aktiva

• Long Term Debt to Equity Rasio
Pada rasio ini membandingkan hutang jangka panjang dan modal sendiri.
Hutang jangka panjang
Long Term Debt to Equity Rasio =
Modal sendir

3. Rasio Rentabilitas
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang di tanam di dalamnya. Rasio yang digunakan :
• Net Profit Margin Rasio
Membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak serta penjualan bersih untuk menunjukan berapa bagian dari penjulan bersih yang menjadi laba setelah bunga dan pajak.
Laba setelah bunga dan pajak
Net Profit Margin Rasio =
Penjualan bersih



• Return Of Investment
Membandingkan laba setelah bunga dan pajak dengan jumlah aktiva yang bekerja.
Laba setelah bunga dan pajak
Return of investment =
Total aktiva
• Operating Income Rasio
Membandingkan antara laba sebelum bunga dan pajak (laba operasi) dan penjualan bersih.
Laba sebelum bunga dan pajak
Operating income rasio =
Penjualan bersih

• Return Of Equity
Membandingkan antara laba bersih (laba setelah bunga dan pajak) dan jumlah modal pemilik.
Laba setelah bunga dan pajak
Return of equity =
Modal sendiri








BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data dan Profil Objek Penelitian
4.1.1 Profil PT. Indofood Sukses Makmur TbK.
Perusahaan ini di dirikandengan nama PT. Pangan jaya Intikusuma berdasarkan akta pendirian No. 228 Tanggal 14 Agustus 1990, yang di ubah dengan akta No. 249 tgl 15 November 1990, dan di ubah kembali dengan akta No. 171 Tanggal 20 Januari 1991, kesemuanya di buat di hadapan Beny kristianto S.H, Notaris di Jakarta dan telah mendapat persetujuan dari mentri kehakiman republic Indonesia berdasarkan surat keputusan No. C2-291.HT.01.01 Tahun1991, Tanggal 12 Juli 1991. Serta telah di daftarkan di pengadilan negri Jakarta Selatan di bawah No. 579.580 dan 581 tanggal 5 Februari 1991 dan di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tanggal 11 Februari 1992 tambahan No. 611
Berdasarkan keputusan rapat umum luar biasa para pemegang saham sebagai mana di tuangkan dalam akta risalah rapat No. 51 tanggal 5 Februari 1994. yang di buat oleh Beny Kristianto S.H. mengubah namanya yang semula PT. Pangan jaya Inti kusuma menjadi PT. Indofood Makmur, perubahan tersebut telah di setujui oleh menteri kehakiman Republik Indonesia berdasarkan surat keputusan no. c2-2048. Ht. 01.04.th.1994, tanggal 9 februari 1994 di daftarkan di pengadilan negri Jakarta Selatan di bawah No.360/A. Not/HKM/1994/Pn.Jaksel tanggal 12 februari 1994 dan di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 5791 14 Juni tambahan No.3629.



4.1.2 ruang Lingkup Usaha
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, melaksanakan kegiatannya di bidang industri mie instant serta usaha di bidang penggilingan gandum menjadi tepung terigu dan penyertaan modal pada anak perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan terpadu, perkebunana, pengolahan minyak dan lemak nabati derta distribusi.
Misi PT. indofood adalah perusahaan dalam wujud produk yang bernilai tambah dengan organisasi yang mantap berdasarkan nilai mempertahankan pertumbuhan usaha yang sehat dan meningkatkan nilai investasi para pemegang saham, serta meningkatkan kesejahtraaan para karyawan secara berkesinambungan.

4.2 Hasil Penelitian dan Analisis/Pembahasaan
4.2.1 Penyajian Data
Dalam subbab ini akan dilkukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan untuk menghitung rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas PT. Indofood Makmur TbK. Untuk periode 31 Desember 2007, Desember 2008.

4.2.2 Perhitungan
Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Dengan mengadakan suatu analisis terhadap laporan keuangan akan dapat diketahui gambaran tentang posisi keungan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan menganalisis laporan keuangan PT. Indofood Makmur TkB. Dengan menggunakan rasio likuditas, solvabilitas, dan rentabilitas.

4.2.2.1 Rasio Likuiditas

A.Current Ratio
Tahun Aktiva lancar
( Rp ) Hutang lancar
( Rp )
2004 6.415.159.882.000 4.364.101.872.000
2005 6.480.788.000.000 4.422.588.000.000
2006 7.474.205.000.000 6.324.301.000.000
2007 11.809.129.000.000 12.888.677.000.000
2008 14.598.422.000.000 16.262.121.000.000
Tabel 4.1 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk

Aktiva lancar
Current Ratio = X 100%
Utang Lancar

Tahun 2004

6.415.159.882.000
Current Ratio = X 100 % = 147 %
4.364.101.872.000

Keterangan : Current ratio tahun 2004 sebesar 147 %. artinya setiap utang lancar Rp. 1000 di jaminkan oleh aktiva sebesar Rp. 1470.


Tahun 2005

6.480.788.000.000
Current Ratio = X 100 % = 146 %
4.422.588.000.000

Keterangan : Current ratio tahun 2005 sebesar 146 % artinya setiap utang lancar Rp. 1000 di jaminkan oleh aktiva sebesar Rp. 1460.

Tahun 2006

7.474.205.000.000
Current Ratio = X 100 % = 118 %
6.324.301.000.000

Keterangan : Current ratio tahun 2006 sebesar 118 % artinya setiap utang lancar rp. 1000 di jaminkan oleh aktiva sebesar Rp. 1180.

Tahun 2007

11.809.129.000.000
Current Ratio = X 100% = 92%
12.888.677.000.000


Keterangan : Current Rasio 2007 sebesar 92% artinya setiap utang lancar Rp. 1000 dijaminkan oleh aktiva lancar sebesra Rp. 920.

Tahun 2008

14.598.422.000.000
Current Ratio = X 100% = 90 %
16.262.161.000.000

Keterangan : Curerent rasio 2008 sebesar 90% artinya setiap utang lancar Rp.1000 di jaminkan oleh aktiva lancar sebesar Rp.900


B. Cash Ratio
Tahun Kas + Efek
( Rp ) Utang Lancar
( Rp )
2004 1.394.074.613.000 4.364.101.872.000
2005 972.820.000.000 4.422.588.000.000
2006 1.796.689.000.000 6.324.301.000.000
2007 4.538.051.000.000 12.888.677.000.000
2008 4.271.208.000.000 16.262.161.000.000
Tabel 4.2 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk

Kas + Efek
Cash Ratio = X 100%
Utang lancar

Tahun 2004

1.394.074.613.000
Cash Ratio = X 100% = 31 %
4.364.101.872.000

Keterangan : Cash ratio tahun 2004 sebesar 31 % artinya setiap utang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar Rp 310



Tahun 2005

972.820.000.000
Cash Ratio = X 100% = 22%
4.422.588.000.000

Keterangan : Cash ratio tahun 2005 sebesar 22 % artinya setiap utang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar Rp 220.

Tahun 2006

1.796.689.000.000
Cash Ratio = X 100% = 28%
6.324.301.000.000

Keterangan : Cash ratio tahun 2006 sebesar 28% artinya setiap utang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar Rp. 280.

Tahun 2007

4.539.051.000.000
Cash Ratio = X 100% =35%
12.888.677.000.000

Keterangan : Cash ratio tahun 2007 sebesar 35% artinya setiap utang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar Rp 350.

Tahun 2008

4.271.208.000.000
Cash Ratio = X 100% = 26 %
16.262.161.000.000

Keterangan : Cash ratio tahun 2008 sebesar 26% artinya setiap utang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh kas & efek sebesar Rp 260.

C. Quick Ratio
Tahun Aktiva lancar
( Rp ) Persediaan
( Rp ) Utang lancar
( Rp )
2004 6.415.059.882.000 2.284.332.398.000 4.364.101.872.000
2005 6.480.788.000.000 2.695.409.000.000 4.422.588.000.000
2006 7.474.205.000.000 2.980.805.000.000 6.324.301.000.000
2007 11.809.129.000.000 4.172.388.000.000 12.888.677.000.000
2008 14.598.422.000.000 6.061.219.000.000 16.262.161.000.000
Tabel 4.3 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk

Aktiva lancar - persediaan
Quick Ratio = X 100 %
Hutang lancar

Tahun 2004

6.415.059.882.000 - 2.284.332.398.000
Quick Ratio = X 100%=95%
4.364.101.872.000

Keterangan : Quick ratio tahun 2004 sebesar 95% artinya setiap hutang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh aktiva lancar setelah dikurangi persediaan sebesar Rp 950
Tahun 2005

6.480.788.000.000- 2.695.409.000.000
Quick Ratio = X 100%=85%
4.422.588.000.000

Keterangan : Quick ratio tahun 2005 sebesar 85% artinya setiap hutang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh aktiva lancar setelah dikurangi persediaan sebesar Rp. 895

Tahun 2006

7.474.205.000.000 - 2.980.805.000.000
Quick Ratio = X 100%=71%
6.324.301.000.000

Keterangan : Quick ratio tahun 2006 sebesar 71% artinya setiap hutang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh aktiva lancar setelah dikurangi persediaan sebesar Rp.710

Tahun 2007

11.809.129.000.000 – 4.172.388.000.000
Quick ratio = X100%=59%
12.888.677.000.000

Keterangan : Quick ratio tahun 2007 sebesar 59% artinya setiap hutang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh aktiva lancar setelah dikurangi persediaan sebesar Rp 590.

Tahun 2008

14.598.422.000.000 – 6.061.219.000.000
Quick ratio = X100%= 52 %
16.262.161.000.000

Keterangan : Quick ratio tahun 2008 sebesar 52% artinya setiap hutang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh aktiva lancar setelah dikurangi persediaan sebesra Rp 520.


4.2.2.2 Rasio Solvabilitas

A .Total Debt to Total Equity Ratio
Tahun Total Utang
( Rp ) Modal Sendiri
( Rp )
2004 10.653.750.756.000 4.256.053.153.000
2005 10.059.357.000.000 4.361.301.000.000
2006 10.571.995.000.000 5.034.463.000.000
2007 18.791.384.000.000 7.190.549.000.000
2008 26.432.369.000.000 8.498.749.000.000
Tabel 4.4 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk


Total Hutang
Total Debt to Total Equity = X 100%
Modal Sendiri

Tahun 2004

10.653.750.756.000
Total Debt to Total Equity = X 100% = 250%
4.256.053.153.000

Keterangan : Total Debt to Total Equity tahun 2004 sebesar 250% artinya setiap total hutang Rp 1000 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp. 2500

Tahun 2005

10.059.357.000.000
Total Debt to Total Equity = X 100% = 230%
4.361.301.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Equity tahun 2005 sebesar 230% artinya setiap total hutang Rp 1000 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp. 2300

Tahun 2006

10.571.995.000.000
Total Debt to Total Equity = X 100%=209%
5.034.463.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Equity tahun 2006sebesar 209% artinya setiap total hutang Rp 1000 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp. 2090

Tahun 2007

18.791.384.000.000
Total Debt to Total Equity = X 100% = 261%
7.190.549.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Equity tahun 2007 sebesar 261% artinya setiap total hutang Rp 1000 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp 2610.

Tahun 2008
18.791.384.000.000
Total Debt to Total Equity = X 100 % = 311 %
7.190.549.000.000
Keterangan : Total Debt to Total Equity tahun 2008 sebesar 311 % artinya setiap total hutang Rp 1000 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp 3110

B. Total Debt to Total Asset Ratio
Tahun Total Hutang
( Rp ) Total aktiva
( Rp )
2004 10.653.750.756.000 15.669.007.629.000
2005 10.059.357.000.000 14.859.203.000.000
2006 10.5771.995.000.000 16.267.483.000.000
2007 18.791.384.000.000 29.706.895.000.000
2008 26.432.369.000.000 39.594.264.000.000
Tabel 4.5 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk
Total Hutang
Total Debt to Total Asset Ratio = X 100%
Total Aktiva



Tahun 2004

10.653.750.756.000
Total Debt to Total Asset Ratio = X 100% = 30%
15.669.007.629.000

Keterangan : Total Debt to Total Asset Ratio tahun 2004 sebesar 30% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp. 300

Tahun 2005

10.059.357.000.000
Total Debt to Total Asset Ratio = X 100% = 28%
14.859.203.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Asset Ratio tahun 2005 sebesar 28% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp. 280

Tahun 2006

10.5771.995.000.000
Total Debt to Total Asset Ratio = X 100% = 65%
16.267.483.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Asset Ratio tahun 2006 sebesar 65% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp.650

Tahun 2007

18.791.384.000.000
Total Debt to Total Asset Ratio = X100%= 63%
29.706.895.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Asset Ratio tahun 2007 sebesar 63% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp 630.

Tahun 2008

26.432.369.000.000
Total Debt to Total Asset Ratio = X100%= 67%
39.594.264.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Asset Ratio tahun 2008 sebesar 67% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp 670.


C. Long Term Debt to Equity Ratio
Tahun Hutang Jangka Panjang
( Rp ) Modal Sendiri
( Rp )
2004 1.271.596.166.000 4.256.053.153.000
2005 121.599.000.000 4.361.301.000.000
2006 1.315.686.000.000 5.034.463.000.000
2007 3.655.698.000.000 7.190.549.000.000
2008 7.200.598.000.000 8.498.749.000.000
Tabel 4.6 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk
Hutang Jangka panjang
Long Term Debt to Equity Ratio = X 100%
Modal Sendiri

Tahun 2004

1.271.596.166.000
Long Term Debt to Equity Ratio = X 100% = 30%
4.256.053.153.000
Keterangan : Long Term Debt to Total Equity tahun 2004 sebesar 30% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp 300
Tahun 2005

121.599.000.000
Long Term Debt to Total Equity Ratio = X 100% =28%
4.361.301.000.000
Keterangan : Long Term Debt to Total Equity tahun 2005 sebesar 28% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp. 280

Tahun 2006

1.315.686.000.000
Long Term Debt to Total Equity Ratio = X 100%=28%
5.034.463.000.000

Keterangan : Long Term Debt to Total Equity tahun 2006 sebesar 28% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp. 280
Tahun 2007

3.655.698.000.000
Long Term Debt to Total Equity Ratio = X 100%=51%
7.190.549.000.000

Keterangan : Long Term Debt to Total Equity tahun 2007 sebesar 51% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp 510.
Tahun 2008

7.200.598.000.000
Long Term Debt to Total Equity Ratio X 100%=85%
8.498.749.000.000

Keterangan : Long Term Debt to Total Equity Ratio tahun 2008 sebesar 85% artinya setiap total utang sebesar Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp 850.

4.2.2.3 Rasio Rentabilitas

A. Net Profit Margin Ratio
Tahun Laba Setelah Bunga & Pajak
( Rp ) Penjualan bersih
( Rp )
2004 378.056.338.000 17.918.528.446.000
2005 124.018.000.000 18.764.650.000.000
2006 661.210.000.000 21.941.558.000.000
2007 980.357.000.000 27.858.304.000.000
2008 1.034.389.000.000 38.799.279.000.000
Tabel 4.7 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk

Laba setelah bunga & pajak
Net Profit Margin Ratio = X 100%
Penjualan Bersih

Tahun 2004

378.056.338.000
Net Profit Margin Ratio = X 100%=2%
17.918.528.446.000

Keterangan : Net Profit Margin Ratio tahun 2004 sebesar 2% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menghasilkan laba sebesar Rp. 200


Tahun 2005

124.018.000.000
Net Profit Margin Ratio = X 100% = 0,7%
18.764.650.000.000

Keterangan : Net Profit Margin Ratio tahun 2005 sebesar 0,7% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menghasilkan laba sebesar Rp. 70

Tahun 2006

661.210.000.000
Net Profit Margin Ratio = X 100% = 3%
21.941.558.000.000

Keterangan : Net Profit Margin Ratio tahun 2006 sebesar 3% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menghasilkan laba sebesar Rp. 300



Tahun 2007

980.357.000.000
Net Profit Margin Ratio = X 100% = 3,5%
27.858.304.000.000

Keterangan : Net Profit Margin Ratio tahun 2007 sebesar 3,5% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menghasilkan laba sebesar Rp 350.
Tahun 2008

1.034.389.000.000
Net Profit Margin Ratio = X 100% = 2,7%
38.799.279.000.000

Keterangan : Net Profit Margin Ratio tahun 2008 sebesar2,7%artinya setiap penjualan netto rp 1000 menghasilkan laba sebesar Rp 270.
B. Return On Investments
Tahun Laba Setelah Bunga & Pajak
( Rp ) Total Aktiva
( Rp )
2004 378.056.338.000 15.669.007.629.000
2005 124.018.000.000 14.859.203.000.000
2006 661.210.000.000 16.267.483.000.000
2007 980.357.000.000 29.706.895.000.000
2008 1.034.389.000.000 39.594.264.000.000
Tabel 4.8 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk
Laba setelah bunga & Pajak
Return On Investment = X 100%
Total Aktiva

Tahun 2004

378.056.338.000
Return On Investment = X 100% = 2,4%
15.669.007.629.000

Keterangan : Return On Investment tahun 2004 sebesar 2,4% artinya setiap kemampuan modal yang diinvestasika dalam aktiva Rp 1000 menghasilkan laba netto Rp. 240

Tahun 2005

124.018.000.000
Return On Investment = X 100% = 0.83%
14.859.203.000.000

Keterangan : Return On Investment tahun 2005 sebesar 0.83% artinya setiap kemampuan modal yang diinvestasika dalam aktiva Rp 1000 menghasilkan laba netto Rp 83




Tahun 2006

661.210.000.000
Return On Investment = X 100% = 4%
16.267.483.000 .000

Keterangan : Return On Investment tahun 2006 sebesar 4% artinya setiap kemampuan modal yang diinvestasika dalam aktiva Rp 1000 menghasilkan laba netto Rp. 400
Tahun 2007

980.357.000.000
Return On Investment = X 100% = 3,3%
29.706.895.000.000

Keterangan Return On Investment tahun 2007 sebesar 3,3% artinya setiap kemampuan modal yang diinvestasika dalam aktiva Rp 1000 menghasilkan laba netto Rp 330

Tahun 2008

1.034.389.000.000
Return On Investment = X 100% = 2,7%
39.594.264.000.000

Keterangan : Return On Investment tahun 2008 sebesar 2,7% artinya setiap kemampuan modal yang diinvestasika dalam aktiva Rp 1000 menghasilkan laba netto Rp 270

C. Operating Income Ratio
Tahun Laba Sebelum Bunga & pajak
( Rp ) Penjualan bersih
( Rp )
2004 852.380.462.000 17.918.528.446.000
2005 424.321.000.000 18.764.650.000.000
2006 1.221.206.000.000 21.941.558.000.000
2007 2.876.440.000.000 27.858.304.000.000
2008 4.341.476.000.000 38.799.279.000.000
Tabel 4.8 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk

Laba Sebelum Bunga & Pajak
Operating Income Ratio = X 100%
Penjualan Bersih

Tahun 2004

852.380.462.000
Operating Income Ratio = X 100% = 4,8%
1.798.528.446.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2004 sebesar 4,8% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp. 480

Tahun 2005

424.321.000.000
Operating Income Ratio = X 100%= 2,3 %
18.764.650.000.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2005 sebesar 2,3% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp 230
Tahun 2006

1.221.206.000.000
Operating Income Ratio = X 100% = 5,5%
21.941.558.000.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2006sebesar 5,5% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp 550

Tahun 2007

2.876.440.000.000
Operating Income Ratio = X 100% = 10%
27.858.304.000.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2007 10% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp 1000.

Tahun 2008

4.341.476.000.000
Operating Income Ratio = X !00% = 11
38.799.279.000.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2008 sebesar 11% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp 1100

D. Return On Equity
Tahun Laba Setelah Bunga & Pajak
( Rp ) Modal Sendiri
( Rp )
2004 378.156.338.000 4.256.053.153.000
2005 124.018.000.000 4.361.301.000.000
2006 661.210.000.000 5.034.463.000.000
2007 980.357.000.000 7.190.549.000.000
2008 1.034.389.000.000 8.498.749.000.000







Tabel 4.9 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk
Laba Setelah Bunga & Pajak
Return On Equity = X 100%
Modal Sendiri

Tahun 2004

378.156.338.000
Return On Equity = X 100% = 8,9%
4.256.053.153.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2004 sebesar 8,9% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp 890

Tahun 2005

124.018.000.000
Return On Equity = X 100% = 2,9%
4.361.301.000.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2005 sebesar 2,9% artinya setiap modal sendiri Rp1000 menghasilkan laba netto sebesar Rp 290
Tahun 2006

661.210.000.000
Return On Equity = X 100% = 13%
5.034.463.000.000

Keterangan : Return On Equity tahun 2006 sebesar 13% artinya setiap modal sendiri Rp1000 menghasilkan laba netto sebesar Rp 1300

Tahun 2007

980.375.000.000
Return On Equity = X 100% = 14%
7.190.549.000.000

Keterangan : Return On Equity tahun 2007 sebesar 14% artinya setiap modal sendiri Rp1000 menghasilkan laba netto sebesar Rp 1400.

Tahun 2008

1.034.389.000.000
Return On Equity = X 100% = 12%
8.498.749.000.000

Keterangan : Return On Equity tahun 2008 sebesar 12% setip modal sendiri Rp 1000 menghasilkan laba netto sebesar Rp 1200.




4.3 Rangkuman Hasil Penelitian
Berikut ini akan disajikan rangkuman hasil penelitian yang telah di lakukan, yang terdiri dari table serta analisis mengenai penelitian terhadap rasio keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Untuk periode tahun 2004 sampai dengan 2008.

































1. Rasio Likuiditas
Current Ratio tahun 2004 dan 2005 relatif tidak terjadi perubahan, hanya ada penurunan sebesar 1 % pada tahun 2005. akan tetapi pada tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan. Hal ini mengindikasikan kurangnya kemampuan perusahaan dalam upaya untuk membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Current ratio pada tahun 2004-2008 pada umumnya kurang baik karena masih dibawah rata-rata industri sebesar 200%.
Cash ratio untuk tahun 2004-2005 terjadi penurunan kas dan kenaikan jumlah utang lancar. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan, hal ini meninjukan danya kenaikan kemampuan perusahaan dalam mambayar utang-utang lancar oleh kas.
Quick ratio pada tahun 2004-2005 terjadi peningkatan, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan. Hal ini menunjukan adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang berupa kas dan piutang penurunan ini isebabkan oleh kenaikan utang lancar.
2. Rasio Solvabilitas
Total debt to Total equity ratio pada tahun 2004-2006 terjadi penurunan yang mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan perusahaan dalam menjamin total utangnya dengan modal sendiri. Sedangkan pada tahun 2006-2008 terjadi peningkatan yang disebabkan adanya peningkatan total utang perusahaan. Periode tahun 2004-2008 kurang baik karena angka rasionya di atas 100% , rasio di atas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besra dari pada modal pemilik.
Total debt to total asset ratio tahun 2004-2005 terjadi penurunan sebesar 2% yang disebabkan adanya penurunan total aktiva, sedangkan pada tahun 2006-2008 terjadi peningkatan di sebabkan bertambahnya total aktiva. Untuk periode tahun 2004-2005 di atas rata-rata industri yaiut 20%, ini berarti dari jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan dapat dijaminkan untuk utangnya.
Long term debt to equity tahun 2004, 2005 dan 2006 terjadi penurunan, hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang jangka panjangnya oleh moal sendiri. Namun pada tahun 2007-2008 terjadi peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya hal ini disebabkan adanya peningkatan hutang jangka panjang.

3. Rasio rentabilitas
Net profit margin tahun 2005 mengalami penurunan dari tahun tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan , hal ini menggambarkan setiap rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih mengalami peningkatan.
Return on investments tahun 2004, 2005, 2007 dan 2008 mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam melaksanakan investasi untuk memperoleh laba bersih menurun. Sedangkan untuk tahun 2006 mengalami peningkatan.
Operating income ratio tahun 2006-2008 mengalami kenaikan, hal ini berarti menunjukan bahwa penjualan bersih yang dilakukan perusahaan menghasilkan laba operasi yang meningkat. Sedangkan pada tahun 2004, 2005 dan 2007 mengalami penurunan.
Return on equity mengalami peningkatan pada tahun 2006 dan 2007, hal ini menggambarkan setiap rupiah modal sendiri yang menghasilkan laba netto mengalami peningkatan. Sedangkan untuk tahun 2004, 2005 dan 2008 mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan adanya penurunan laba netto yang diiringi dengan peningkatan modal yang dikeluarkan oleh perusahaan..


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian di atas telah dikemukakan yaitu analisis likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa posisi keuangan PT. indofood sukses makmur Tbk periode 2004-2008 adalah sebagai berikut:
1) Rasio likuiditas pada perusahaan dapat dikatakan Ilikuid dikarenakan aktiva lancar, kas yang dimiliki belum dapat menjamin utang lancarnya.
2) Rasio solvabilitas pada perusahaan dapat dikatakan solvable, karena dapt dilihat dari kedua indikatornya yaitu total debt to total asset ratio dan long term debt to equity ratio, maka perusahaan dapat memenuhi utang jangka pendek maupun utang jangka panjangnya.
3) Rasio rentabilitas perusahaan pada umumnya dapat dikatakan profitable karena laba yang dihasilkan pada umumnya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.

5.2 Saran
1) Untuk meningkatkan tingkat likuiditas, perusahaan sebaiknya mengurangi jumlah hutang jangka panjang dan meningkatkan aktiva.
2) Rasio solvabilitas sudah cukup baik dan terus ditingkatkan dengan meningkatkan laba yang dipeoleh dan menekan hutang.
3) Rasio solvabilitas dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan jumlah penghasilkan tanpa diikuti kenaikan biaya-biaya. Karena jika perusahaan tidak dapat menggunakan modalnya secara efisien maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam melunasi hutang-hutangnya.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan penulisan ilmiah ini.

Jumat, 06 November 2009

Tips Kreatif dan Inovatif dalam Bisnis

Tips Kreatif dan Inovatif dalam Bisnis

Mempunyai ide-ide baru yang terus mengalir adalah sangat penting. Ide-ide baru adalah darah kehidupan bisnis kita misal menjual tas sperti tas wanita, tas laptop dll. Oleh karena itu, penting untuk mendorong kreativitas dan menjadi benar-benar inovatif. Namun perlu diketahui bahwa kreativitas dan inovasi adalah dua hal yang berbeda. Kreativitas adalah segala hal yang berkaitan dengan memunculkan ide-ide baru, sedangkan inovasi berkaitan dengan penerapan ide-ide baru dalam suatu tindakan (action).

Ide-ide baru bisa sangat sulit untuk ditemukanmisal tas etnik, tas wanita dan handmate wanita dll. Ketika Anda menemukannya dan menerapkannya ke dalam tindakan, ide-ide baru tersebut dapat menjadi alat-alat pemasaran yang sangat powerful dan menjadi lisensi yang akan mendatangkan uang kepada kita.

Berikut ini adalah beberapa cara untuk membantu melahirkan ide-ide baru:

1. Meminta Opini
Anda dapat menyewa konsultan atau dengan cara sederhana mencari opini / pendapat dari seseorang yang tidak mengetahui sama sekali tentang bisnis Anda. Kita mungkin sangat sibuk mengurusi bisnis yang kita jalankan, sehingga seringkali menyebabkan kita tidak dapat melihat cara lain untuk melakukan sesuatu. Ada saat-saat ketika kita perlu untuk melangkah keluar dari lingkungan kita karena seringkali ide-ide yang digunakan dalam suatu bisnis tertentu dapat diterapkan dalam bisnis yang lainnya cth penjual tas, belanja tas dan lainya.

2. Mendorong Kreativitas Pegawai (Staff)
Doronglah anggota tim Anda untuk menciptakan ide-ide baru dan mempersilakan mereka memberikan saran mengenai cara yang lebih baik atau lebih cerdas agar inovatif. Anda harus berpikiran terbuka (open-minded) dan menyemangati masukan mereka misal handmate wanita, tas etnik dan lainya.
3. Bertukar Pikiran (Brain Storm)
Salah satu cara terbaik untuk mendapatkan ide-ide baru adalah melalui brainstorming / diskusi. Ini bisa melibatkan keluarga, teman dan anggota tim. Tujuan kegiatan brainstormingrefining) ide-ide bisa dilakukan belakangan misal sale tas wanita, jual tas dan lainya
4. Mendidik kembali Pikiran Kita (Re-educate The Mind)
Ada pepatah lama yang mengatakan, "Janganlah Anda pernah berhenti belajar" dan ini benar. Jika Anda akan membuat komitmen pribadi untuk terus belajar, Anda akan memperoleh hasilnya.

5. Membaca dan Berlangganan
Ada banyak informasi bermanfaat di internet dan sebagian besar informasi tersebut gratis. Carilah informasi bidang-bidang bisnis lainnya jangan hanya informasi yang terkait dengan bisnis Anda karena Anda mungkin dapat menerapkan suatu ide yang benar-benar tidak berkaitan.silakan klik belanja tas untuk mengetahui informasi lainya mengenai bisnis.
6. Melakukan Perjalanan (travel) akan Membuka Mata Anda
Kunjungilah tempat-tempat yang berbeda atau bahkan tidak berhubungan dengan bidang bisnis Anda. Anda akan mendapatkan banyak pengetahuan secara gratis dari kegiatan ini yang nantinya dapat diterapkan dalam bisnis Anda.

Tujuan utama berbisnis tentunya adalah untuk mendapatkan konsumen, dan sesungguhnya hanya ada dua cara untuk melakukannya …yaitu melalui Kreativitas dan Inovasi.

Minggu, 01 November 2009

Tips Sukses Mengelola Bisnis Sembako

Tips Sukses Mengelola Bisnis Sembako
Bisnis sembako merupakan sebuah usaha alternative yang banyak diminati oleh semua kalangan, mulai dari yang bermodal kecil hingga bermodal besar. Untuk mencapai kesuksesan/minimal bisa menghasilkan pemasukan tetap di butuhkan kreatifitas agar produk anda berbeda dengan yang lain. Berikut ini beberapa tips yang mungkin dapat diterapkan oleh Anda yang sedang berbisnis sembako atau yang baru akan memulai bisnis sembako.
1.Produk sembako adalah produk yang pasti dibutuhkan oleh semua orang. Ini berarti ada kebutuhan atau ada pasarnya. Sehingga Anda tidak perlu khawatir soal ada atau tidak yang membutuhkan sembako. Yang menjadi soal adalah apakah packaging produk sembako yang Anda tawarkan cukup menarik atau tidak. Maksudnya produk tersebut bisa membuat orang tertarik untuk membeli. Produk yang Bapak jual harus ‘berbeda’ kemasan, cara menjual, cara menawarkan.
2.Tempat perlu menjadi perhatian yang utama. Untuk produk seperti sembako, biasanya konsumen cenderung mendatangi. Artinya, tempat usaha harus mudah dilihat, mudah dicapai, mudah dicari. Dan ini berarti harus dekat dengan pembeli. Jangan mencari tempat hanya karena murah, namun juga harus karena strategis. Jadi kata arti strategis di atas bermakna mudah dicari, dijangkau, dicapai dan lain-lain.
3.Harga jual produk sangat central bagi laku atau tidaknya produk. Harga yang Anda tawarkan sebaiknya mengacu pada duo pendekatan, yaitu pendekatan produksi dan pendekatan pasar. Pendekatan produksi adalah menjual sembako dengan mengambil keuntungan di atas biaya produksi/ operasional. Sementara di sisi lain, Bapak perlu melihat harga pasaran. sebaiknya juallah dengan harga kompetitif. Jika sembako tidak dikemas atau sama dengan yang lain, maka Bapak jual saja dengan harga lebih rendah, meskipun keuntungan lebih kecil. Tetapi kalau ada kemasan menarik, jual saja lebih tinggi sedikit.
4.Promosikan sembako Anda dengan cara getok tular. Dan hal ini hanya bisa dilakukan jika Anda selalu menjual dengan kejujuran. Saya selalu mengatakan promosikan dagangan kita dengan kejujuran, sebab hanya inilah yang dapat mendongkrak jualan kita. Jika ada dana, tidak ada salahnya mencetak brosur agar nampak lebih berbobot dan jual dengan sistem rabar atau diskon pada akhir atau awal bulan. Ini akan sangat membantu meningkatkan penjualan.
5.Soal people. Kerap kali kita selalu menjual produk bukan menjual jasa. Padahal secara rill yang kita jual tidak hanya barang tapi sejatinya adalah jasa. Mengapa? Sebab produk yang dijual tanpa kehangatan, empati dana pelayanan yang balk, mustahil akan mendatangkan pelanggan. Buatlah agar konsumen atau pelanggan merasa dialah orang yang paling penting di mata kita.
6.Jangan menjual produk tidak sesuai dengan janji. Ini akan membuat konsumen kabur. Oleh karena itu, sebaiknya jika kita yakin bisa memenuhi, maka berilah janji beserta buktinya. Jika tidak yakin, hemat saya janganlah membuat janji.
Sumber : halaman konsultasi bisnis, Tabloid Wanita Indonesia

Minggu, 18 Oktober 2009

ETIKA BISNIS DALAM HAK PATEN NOKIA

ETIKA BISNIS DALAM HAK PATEN NOKIA

I. PENDAHULUAN
Perlunya etika dalam berbisnis. Pada saat ini, mungkin ada sebagian masyarakat yang belum mengenali apa itu etika dalam berbisnis. Bisa jadi masyarakat beranggapan bahwa berbisnis tidak perlu menggunakan etika, karena urusan etika hanya berlaku di masyarakat yang memiliki kultur budaya yang kuat.

Apakah itu etika? Etika dapat diartikan sebagai pegangan atau orientasi dalam menjalani hidup. Ini berarti tindakan manusia selalu mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Ada sasaran dan arah dari tindakan atau hidup manusia. Banyak sekali definisi yang berkaitan dengan etika. Tetapi pada intinya adalah, semua norma atau “aturan” umum yang perlu diperhatikan dalam berbisnis merupakan sumber rujukan nilai-nilai yang luhur dan kebajikan. Etika berbeda dengan hukum atau regulasi, di mana hukum dan regulasi jelas aturan main dan sanksinya, atau dengan perkataan lain hukum atau regulasi adalah etika yang sudah diformalkan.

Jadi dengan demikian, etika tersebut memang tidak memiliki sanksi yang jelas, selain barangkali sanksi moral, atau sanksi dari Yang Maha Kuasa. Jadi, jika bersandar kepada definisi hukum, maka melanggar etika belum tentu berarti melanggar hukum. Jika melanggar hukum, sanksinya jelas berupa pidana atau perdata, sementara itu melanggar etika sanksinya tidak jelas, atau hanya sanksi moral semata. Jadi, sering etika tidak begitu diperhatikan.

Dalam prinsip-prinsip etika bisnis terdapat salah satu yang penting yaitu tanggung jawab moral, persoalan pelik yang harus dijawab pada tempat pertama adalah manakah kondisi bagi adanya tanggung jawab moral. Seperti di lingkungan perusahaan ada banyak interaksi antar pribadi maupun institusi yang terlibat di dalamnya. Dengan begitu kecenderungan untuk terjadinya konflik dan terbukanya penyelewengan sangat mungkin terjadi. Baik dalam tataran manajemen ataupun personal dalam setiap team maupun hubungan perusahaan dengan lingkungan sekitar. Dengan adanya prinsip tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan bisnisnya yang mempunyai pengaruh atas orang-orang tertentu, masyarakat, serta lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi. Maka, secara negatif itu berarti suatu perusahaan harus menjalankan kegiatan bisnisnya sedemikian rupa sehingga tidak merugikan pihak-pihak tertentu dalam masyarakat.

II. ISI
1.Nokia Dituduh Langgar Hak Paten

raksasa ponsel Finlandia, Nokia, dituntut karena dianggap melanggar hak paten. Fitur menjawab telepon tanpa menyentuh ponsel konon sudah dipatenkan pihak lain. Cari sensasi? "Nokia telah melanggar hak paten penemuan kami. Yaitu teknologi yang memungkinkan pengguna ponsel untuk bisa menerima telepon masuk tanpa menyentuh ponsel. Semisal, lewat piranti hands-free dan voice control," tutur Antti Kosunen, Chief Executive Anadeus, sebuah perusahaan yang mengadvokasi urusan hak pemegang paten.

Kosunen juga menambahkan, pihaknya belum tahu seberapa banyak dana kompensasi yang diinginkan Jari Lahtinen, penemu teknologi terkait. Namun disinyalir nilainya setara dengan nilai produksi Nokia. "Kita bicara jutaan dolar atau puluhan juta euro," tandas Kosunen.

Menurut informasi Kosunen, Lahtinen telah mengajukan hak paten tersebut tahun 1995 dan hak paten itu diberikan tahun 2003. "Ketika itu ia menghubungi Nokia, namun Nokia menampik dengan alasan tidak tertarik," Kosunen menambahkan.
Kata-kata tinggal kata-kata. Nyatanya, Nokia menggunakan teknologi tersebut akhir tahun 1990. "Ini jelas-jelas suatu pelanggaran karena Nokia tahu betul akan adanya hak paten tersebut," kata Kosunen.

Sementara itu dari pihak Nokia, yang diwakili juru bicaranya Riitta Mord mengatakan, kasus ini hanya berhubungan dengan penggunaan teknologi di Finlandia dan pihaknya tengah menyelidiki akan kebenaran hak paten tersebut.
Sidang pertama kasus ini sejatinya akan dimulai tahun depan. Namun, proses pengambilan keputusan akhirnya mungkin akan makan waktu yang lama. Bisa tahunan, imbuh Kosunen.

Sumber : http://www.studiohp.com/news_detail.php?id=4847&sub=lain

BAB III
PENUTUP
Kejadian di atas melanggar etika dalam berbisnis. Terutama prinsip-prinsip dari etika bisnis, antara lain prinsip kejujuran, prinsip keadilan dan prinsip saling menguntungkan.
Pada prinsip keadilan, Nokia telah bertindak tidak adil. karena memanfaatkan hak paten milik perusahaan lain.
Sedangkan pada prinsip saling menguntungkan sudah jelas bahwa yang diuntungkan disini hanya Nokia. hal ini terlihat karena akibat dari kasus banyak perusahaan lain yang dirugikan.

Di Susun Oleh :
1.Anggi Y Martuka ( 10206106 )
2.Catur Kristianto ( 10206187 )
3.Sigit Pramono ( 10206917 )

Rabu, 14 Oktober 2009

ETIKA BISNIS : PENTINGKAH ?

Apakah memang ada etika bisnis ? Apakah bisnis memang perlu memperhatikan etika ? Bukankah bisnis dan etika berada di dua dunia yang berbeda ? Demikianlah opini yang sering beredar di kalangan masyarakat, terutama masyarakat yang berkecimpung di dunia bisnis. Jangan-jangan etika bisnis itu hanya terdapat dalam teori di kampus-kampus semata. Toh, pada kenyataannya, jika memang mau untung, sering kita harus melupakan etika. Benarkah demikian?

Baiklah, mari kita lihat dulu, apa sih sebenarnya pengertian etika tersebut. Apakah itu etika ? Banyak sekali definisi yang berkaitan dengan etika. Tetapi pada intinya adalah, semua norma atau “aturan” umum yang perlu diperhatikan dalam berbisnis yang merupakan sumber rujukan nilai-nilai yang luhur dan kebajikan. Etika berbeda dengan hukum atau regulasi, di mana hukum dan regulasi jelas aturan main dan sanksinya, atau dengan perkataan lain hukum atau regulasi adalah etika yang sudah diformalkan.

Jadi dengan demikian, etika tersebut memanag tidak memiliki sanksi yang jelas, selain barangkali sanksi moral, atau sanksi dari Yang Maha Kuasa. Jadi, jika bersandar kepada definisi hukum, maka melanggar etika belum tentu berarti melanggar hukum. Jika melanggar hukum, sanksinya jelas berupa pidana atau perdata, sementara itu melanggar etika sanksinya tidak jelas, atau hanya sanksi moral semata. Jadi, sering etika tidak begitu diperhatikan.

Etika juga tidak sama dengan etiket, di mana etiket adalah suatu tatakrama pergaulan pada komunitas dan situasi tertentu yang disepakati bersama. Misalnya cara makan yang baik, cara berjalan yang baik, dan sebagainya. Ini adalah etiket, dan etiket itu bisa jadi merupakan bagian dari etika.

Nah, pada tulisan ini saya akan membahas mengenai etika, bukan etiket, bukan pula hukum atau regulasi. Misalnya contoh kasus begini, Anda menjual handset dengan mutu rendah atau cacat, tetapi dengan suatu cara jitu, Anda berhasil menyembunyikan masalah pada handset itu sehingga secara kasat mata tidak diketahui oleh pemakai, kecuali setelah menggunakannya selama beberapa waktu. Kemudian Anda membuat aturan, bahwa barang yang telah dijual tidak bisa ditukar / dikembalikan lagi dan barang itu tanpa garansi. Lalu ada orang yang membeli handset tersebut, dan tentu saja sebagai orang awam, dia tidak bisa melihat masalah atau kerusakan pada handset tersebut, dan transaksi pun terjadi. Tidak lupa Anda mengingatkan kepada dia bahwa barang yang telah dijual tidak bisa ditukar / dikembalikan lagi.

Setelah beberapa waktu, ternyata dia komplain kepada Anda bahwa ada masalah pada handset yang dia beli dan dia menuntut Anda untuk menggantinya. Lalu Anda berdalih, bahwa waktu terjadi transaksi dulu kan barangnya bagus-bagus saja, tidak ada masalah, dan si pembeli tidak komplain apa-apa. Lalu dengan dalih bahwa barang yang telah dijual tidak bisa ditukar / dikembalikan lagi, Anda menolak untuk mengganti handset tersebut, apalagi memang tidak ada garansi.

Salahkah Anda ? Secara hukum bisa jadi Anda benar. Tanpa menyewa pengacara handal pun, rasanya sudah bisa ditebak bahwa Anda akan menang berdebat dengan si pembeli tadi. Tetapi dari sisi pandang etika bisnis, Anda jelas-jelas salah, di mana Anda sebenarnya sudah mengetahui bahwa barang tersebut ada cacatnya atau ada masalahnya, tetapi Anda sembunyikan atau tidak memberitahu si pembeli. Artinya, dari awal Anda sudah tidak memiliki itikad baik dalam berdagang. Tetapi siapa yang bisa mengukur itikad ? Susah kan ? Sudah pasti dengan berbagai dalih, di kacamata hukum, bisa jadi Anda memang. Bahkan undang-undang perlindungan konsumen pun agak susah dipergunakan di sini. Bagaimana proses pembuktiannya ?

Oke lah, katakan Anda menang, tetapi benarkan Anda menang ? Dalam jangka pendek iya ! Tetapi tentu saja si pembeli tidak akan puas, dan karena dia “dikalahkan secara hukum” maka dia akan menulis surat pembaca di koran atau menyampaikan keluhan dia ke lembaga konsumen, atau menyampaikan kepada orang-orang lain. Dalam jangka panjang, akan terbentuk opini masyarakat mengenai toko Anda, yaitu menjual barang rusak dan tidak bagus. Ini jelas opini negatif, dan berpotensi untuk menjatuhkan reputasi Anda, dan lambat-laun, bisa jadi pembeli cenderung menurun. Jadi, dalam jangka panjang bisnis Anda bisa bermasalah. Di sini jelas terlihat, bahwa sanksi etika itu hanya berbentuk sanksi moral dan baru terlihat dalam jangka panjang.

Jadi, dalam jangka pendek, bisnis yang tidak memperhatikan etika bisa jadi menuai keuntungan, tetapi dalam jangka panjang, biasanya bermasalah dan mendapatkan sanksi moral dari masyarakat.

Oke, sekarang Anda sudah tahu bahwa etika itu penting. Sekarang, bagaimanakah sebenarnya bisnis yang beretika tersebut ? Apakah standar etika ? Nah, sekali lagi, etika tidak ada standar, karena kalau Anda meminta standar etika, sebenarnya Anda meminta hukum atau regulasi yang formal. Bisa jadi ada aspek-aspek etika yang sudah diformalkan menjadi hukum dan regulasi, tetapi masih sangat banyak yang belum. Misalnya, bagaimana Anda memformalkan itikad baik ? menyembunyikan informasi ? dan sebagainya. Dengan mudah dalih sederhana akan membuat Anda menang.

Tetapi berbagai pemikir etika di dunia mencoba untuk membuat panduan. Salah satunya adalah “prinsip bolak-balik” atau prinsip imperatif dalam etika yang dipopulerkan oleh filsul Immanuel Kant, di mana sesuatu tindakan dianggap tidak beretika apabila orang lain melakukannya kepada Anda, maka Anda tidak bisa menerimanya. Maksudnya begini, apakah bisa menerima jika Anda dipukul oleh orang lain ? Tentu saja tidak ! Rasanya akan sakit. Nah, berdasarkan “prinsip bolak-balik”, maka memukul orang lain dianggap tidak beretika, karena Anda pun tidak mau dipukul. Nah, di sini batasannya sangat subyektif sekali bukan ? Tetapi prinsip bolak-balik sudah cukup menjadi panduan etika yang sangat berpengaruh.

Apakah Anda bisa menerima kalau ternyata dibohongi oleh orang lain dalam berbisnis ? Jawabannya pasti tidak mau ! Maka dengan demikian, membohongi konsumen, atau menyembunyikan informasi yang penting (information asymmetry) adalah tindak yang tidak beretika dalam bisnis.

Kasus lain, katakan seperti ini, sekelompok penjual kartu isi ulang merek tertentu dengan sengaja menumpuk atau tidak menjual kartu isi ulang dengan harapan, akan terjadi kelangkaan di pasar, dan mereka bisa menaikkan harga atau menjual lebih tinggi, sesuai dengan teori demand and supply atau permintaan dan penawaran dalam ekonomi. Secara hukum mungkin saja hal ini melanggar peraturan atau regulasi, tetapi sekali lagi, jelas pembuktiannya sangat sulit. Ini adalah masalah itikad baik. Bagaimana pandangan etika mengenai hal ini ?

Sekali lagi, dengan “prinsip bolak-balik”, sekali lagi kita bisa menilai, apakah sesuatu itu beretika atau tidak. Apakah kita bisa menerima jika seandainya ada orang lain yang menimbun barang sehingga harganya mahal dan kita adalah konsumen barang tersebut ? Jika kita ikut kesal dengan ulah “spekulan” seperti ini, maka kegiatan menimbun barang tersebut dikategorikian tindakan tidak beretika.

Kesimpulannya, suatu tindakan dianggap beretika apabila Anda pun tidak keberatan jika orang lain melakukan hal itu terhadap diri Anda, sesuai dengan prinsip bolak-balik.

Tetapi masalahnya tidak semua orang memiliki wawasan atau pandangan yang sama. Semakin terdidik atau terpelajar, atau semakin luas wawasan seseorang, maka biasanya semakin komprehensif analisisnya untuk etika ini. Misalnya begini, apakah membuang sampah ke sungai itu melanggar etika ? Bagi orang yang tidak mengerti masalah lingkungan hidup, maka membuang sampah ke sungai itu sah-sah saja, dan dia pun tidak keberatan jika ada orang lain yang membuang sampah ke sungai. Dalam perspektif orang ini, jelas membuang sampah ke sungai tidak bertentangan dengan etika. Tetapi buat orang yang mengerti masalah lingkungan hidup, dan paham bahwa ini akan mengakibatkan banjir, maka dia akan menilai bahwa membuang sampah ke sungai adalah tindakan yang melanggar etika.

Begitu juga dalam berbisnis. Tidak semua pelaku bisnis menyadari apa dampak ekonomi dan sosial dari apa yang mereka lakukan. Apalagi yang sifatnya dampak tidak langsung, lebih tidak disadari lagi. Misalnya menjual barang rusak atau cacat. Bisa jadi Anda menganggap toh sah-sah saja menjual barang rudak atau cacat, karena Anda yakin semua konsumen akan memeriksa dulu setiap barang yang akan mereka beli. Kalau oke, silakan beli, kalau tidak, ya tidak apa-apa. Sepintas lalu, kelihatannya hal seperti ini tidak ada masalah, tetapi dia akan menjadi masalah begitu kita menyadari bahwa ternyata tidak semua konsumen itu mampu memerika barang yang kita jual tersebut dengan baik.

Nah, di sini Anda bisa berdalih kan ? Salah sendiri kenapa tidak memeriksa dulu barang yang dibeli ? Persoalannya tidak sesederhana itu, karena sekali lagi setiap individu itu punya wawasan serta kemampuan yang berbeda-beda. Rasanya akan sakit sekali jika ketahuan belakangan bahwa ternyata kita membeli barang yang rusak atau cacat, tetapi si penjual tidak menyampaikannya kepada kita, alias si penjual tidak memberikan informasi yang utuh mengenai produk yang dijual atau information asymmetry. Nah, Anda bisa saja berdalih, salah sendiri kenapa tidak teliti atau tidak bertanya sewaktu membeli. Akhirnya kita kembali kepada aspek lain dari etika, yaitu itikad baik. Jelas, ada suatu itikad yang tidak baik dari Anda untuk tidak menyampaikan kerusakan atau cacat barang tersebut kepada konsumen.

Kesimpulannya, etika bisnis sangat tergantung kepada itikad baik, dan hanya Anda sendirilah yang mengetahui itikad baik ini, orang lain susah atau bahkan tidak akan tahu sama sekali, bahkan jika Anda melanggar pun, orang lain tidak mudah untuk mengetahuinya.

sumber : http://www.ririsatria.net/2008/10/07/etika-bisnis-pentingkah/

MONEY GAME BERMUNCULAN


Hasil Diskusi Tugas Etika Bisnis

Soal :
1. Setujukah anda dengan bisnis money game diatas ? uraikan argumen anda!!

jawab :
Tidak setuju,
karena money game hanya menguntungkan pada anggota yang bergabung di awal pendirian usaha tersebut, jika pasar sudah jenuh dan tidak ada anggota baru yang bisa direkrut, maka anggota terakhir akan mengalami kerugian. akibatnya perusahaan tidak lagi memperoleh uang untuk membayar sejumlah komisi bagi anggota yang telah terekrut.

Soal :
2. Evaluasilah argumen pihak yang terkait dalam bisnis ini ?

jawab :
pihak terkait tidak setuju dengan bisnis money game karena masyarakat serig dirugikan dan terjerat usaha money game. money game hanya menguntungkan pada anggota yang bergabung diawal saja sedangkan anggota terakhir akan mengalami kerugian.biasanya masyarakat golongan ekonomi kelas menengah yang biasanya paling banyak dijerat oleh pihak money game.

Soal :
3. Evaluasilah mengapa bisnis money game bisa tumbuh subur di Indonesia ?

jawab :
Karena bisnis money game merupakan bisnis yang memperdagangkan barang dan memberikan komisi atau bonus kepada anggota atau mitra usaha atau distributor dari hasil penjualan mereka dan jaringan dibawahnya. Oleh karena itu masyarakat Indonesia merasa bisnis money game itu bisnis yang mudah dilakukan, sehingga bisnis money game bisa tumbuh subur di Indonesia.

Soal :
4. Haruskah bisnis ini dilarang? jelaskan argumen anda dari sudut pandang bisnis sebagai profesi yang luhur !!

jawab :
Menurut saya, bisnis money game itu harus dilarang karena usaha tersebut tidak tercakup dalam usaha yang diatur oleh Dep dag atau dilarang oleh instansi pemerintah.

Soal :
5. Bagaimana pandangan anda terhadap prinsip etika bisnis 'what is legal is ethical' ( asal tidak melanggar hukum yang etis ) ?

jawab :
Menurut saya, prinsip etika bisnis yang baik adalah yang tidak melanggar hukum serta sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Dan juga tidak menyulitkan bagi masyarakat golongan ekonomi kelas menengah.